Di
usia remaja merupakan masa yang penting diperhatikan karena merupakan masa
transisi antara masa anak-anak dan dewasa. Gizi seimbang pada masa ini sangat
menentukan kematangan mereka di masa depan. Seperti halnya pada remaja perempuan
harus memperhatikan asupan makanan karena akan menjadi calon ibu yang akan
melahirkan generasi penerus yang lebih baik.
Masa
remaja adalah saat terjadinya perubahan-perubahan cepat, sehingga asupan gizi
remaja harus diperhatikan benar agar mereka dapat tumbuh optimal. Apalagi
dimasa ini, aktifitas fisik remaja umumnya lebih banyak. Semua itu tentu akan
menguras energi yang berujung pada keharusan menyesuaikannya dengan asupan zat
gizi yang seimbang.
A.
Permasalahan
Gizi pada Usia Remaja
Usia 10 – 15 tahun dikenal
dengan masa pertumbuhan cepat (growth
spurt), merupakan tahapan pertama dari serangkaian perubahan menuju
kematangan fisik dan seksual. Selain itu, pasa usia ini ciri-ciri seks sekunder
akan semakin tampak, seperti perubahan fisik, tercapainya kematangan
fertilitas, perubahan suara pada
laki-laki. Secara alamiah anak perempuan lebih cepat mengalami pubertas
daripada anak laki-laki. Remaja perempuan biasanya pada usia 8 – 13 tahun,
sedangkan remaja laki-laki pada usia 10 – 15 tahun. Perbedaan lamanya proses
pertumbuhan cepat antara anak perempuan dan laki-laki tersebut membuat tinggi
badan anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan. Di atas usia 15
tahun, derajat pertumbuhan badan akan mulai berkurang kemudian berhenti di usia
18 tahun, lalu remaja memasuki usia dewasa.
Masalah anemia pada remaja
perlu mendapatkan perhatian khusus, terutama pada remaja perempuan. Ini terkait
dengan masih tingginya angka kematian ibu melahirkan di Indonesia. Remaja
perempuan yang mengalami kekurangan darah perlu dilakukan tindakan seperti
pemberian suplemen zat besi. Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga
menjadi rentan terhadap berbagai penyakit, terutama infeksi. Tingkat kebugaran
akan menurun sehingga akan cepat lelah saat beraktifitas. Daya konsentrasi juga
akan menjadi berkurang dan bisa menyebabkan pertumbuhan anak tidak mencapai
tinggi badan yang optimal.
Disamping itu, seiring dengan
meningkatnya aktifitas fisik, remaja terutama laki-laki umumnya mempunyai nafsu
makan lebih besar sehingga sering mencari makanan tambahan, misalnya jajan
diluar waktu makan. Para remaja umumnya lebih menyukai makanan yang padat
energi yakni manis dan berlemak. Bila makanan ini terus dan sering dikonsumsi
tanpa diimbangi dengan aktifitas fisik, maka akan menyebabkan kegemukan dan
beresiko menderita penyakit degeneratif yang sifatnya berkepanjangan, seperti
stroke, jantung koroner, diabetes, dan hipertensi.
B.
Kebutuhan
zat gizi
Kecukupan
Energi
Kecukupan energi diperlukan
untuk kegiatan sehari-hari dan proses metabolisme tubuh. Cara sederhana untuk
mengetahui kecukupan energi dapat dilihat dari berat badan (BB)-nya. Pada
remaja perempuan usia 10 – 12 tahun, kebutuhan energinya sebesar 50 – 60
kkal/kg BB/hari, sedangkan usia 13 – 18 tahun sebesar 40 – 50 kkal/kg BB/hari.
Pada remaja laki-laki usia 10 – 12 tahun, kebutuhan energinya sebesar 55 – 60
kkal/kg BB/hari, sedangkan usia 13 – 18 tahun sebesar 45 – 55 kkal/kg BB/hari.
Kecukupan
protein
Kebutuhan protein meningkat
karena proses tumbuh-kembang berlangsung cepat. Bila asupan energi
terbatas/kurang, protein akan digunakan sebagai energi. Kebutuhan protein untuk
remaja laki-laki di usia 10 – 12 tahun sebesar 40 g/hari; usia 13 – 15 tahun
sebesar 60 g/hari; usia 16 – 18 tahun sebesar 65 g/hari. Sedangkan kebutuhan
protein untuk remaja perempuan 10 – 12 tahun sebesar 50 g/hari; usia 13 – 15
tahun 57 g/hari; usia 16 – 18 tahun 50 g/hari. Sumber protein hewani terdapat
dalam telur ikan, daging, unggas, susu dan hasil olahannya, sedangkan sumber
protein nabati pada kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tempe, tahu dan
susu kedelai.
Kebutuhan
vitamin dan mineral
Kebutuhan vitamin dan mineral
pada saat ini juga meningkat. Khusus untuk remaja perempuan, perlu diperhatikan
asupan zat besi dan folat, vitamin A, c dan berbagai vitamin B, agar terhindar
dari anemia dan masalah gizi lain. Sementara kebutuhan air di usia remaja sama
dengan dewasa, yaitu minimal 2 liter per hari.
C.
Prinsip
Gizi Seimbang pada Remaja
Makan makanan
yang beraneka ragam
Pada usia ini, remaja harus
membiasakan menyukai makanan yang beraneka ragam. Remaja perlu diperkenalkan
jenis maupun rasa dari berbagai makanan. Seperti halnya karbohidrat tidak hanya
nasi, akan tetapi bisa juga semangkuk mi, ubi jalar goreng dan rebus, serta
olahan kentang.
Biasakan pola
hidup bersih
Kebiasaan hidup bersih pada
remaja harus ditanamkan sejak kecil, terutama mengenai cuci tangan sebelum
makan, menjaga kebersihan mulut dan gigi, menutup makanan, memilih jajanan
makanan dan minuman yang aman, bergizi, tidak banyak lemak dan tidak terlalu
manis.
Untuk
hidup sehat sebaiknya remaja tidak merokok, tidak menggunakan narkoba, dan
tidak mengkonsumsi minuman beralkohol. Semua itu akan berpengaruh pada pola
makan, perkembangan kognitif, psikologi dan tentu akan merugikan kesehatan.
Aktifitas
fisik
Aktifitas fisik sangat
diperlukan untuk menjaga berat badan ideal dan kebugaran tubuh. Untuk itu
remaja disarankan melakukan aktifitas fisik yang bermanfaat dan menyehatkan
yakni aktifitas yang membuat berkeringat meski tidak sedang berolah raga,
seperti membantu orang tua membersihkan rumah, menyapu halaman, dan
membersihkan tempat tidur. Olah raga yang menyehatkan untuk para remaja bisa
dengan bola kaki, bola basket, bola voly, bulu tangkis, bersepeda, jogging, dan skipping.
Penting diperhatikan bahwa pola
makan harus disesuaikan dengan aktifitas anak. Bagi anak yang aktif karena
aktifitas fisik yang tinggi banyak menguras energi dan zat gizi. Sehingga perlu
diimbangi dengan istirahat yang cukup seperti tidur dalam 8 jam/hari.
Pantau berat
badan ideal
Berat badan ideal pada remaja
dapat dipantau dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) seperti pada tabel
berikut :
TABEL IMT
REMAJA PEREMPUAN USIA 10 – 19 TAHUN
|
||||||
No
|
Usia
(tahun)
|
Sangat kurus
(kurang dari)
|
Kurus
|
Normal
|
Gemuk
|
Sangat gemuk
(lebih dari)
|
1
|
10
|
12,4
|
12,4 – 13,4
|
13,4 – 18,9
|
19,0 – 22,6
|
22,6
|
2
|
11
|
12,7
|
12,7 – 13,9
|
14,0 – 19,8
|
19,9 – 23,7
|
23,7
|
3
|
12
|
13,2
|
13,2 – 14,3
|
14,4 – 20,7
|
20,8 – 25,0
|
25,0
|
4
|
13
|
13,6
|
13,6 – 14,9
|
15,0 – 21,7
|
21,8 – 26,2
|
26,2
|
5
|
14
|
14,0
|
14,0 – 15,3
|
15,4 – 22,6
|
22,7 – 27,3
|
27,3
|
6
|
15
|
14,4
|
14,4 – 15,8
|
15,9 – 23,4
|
23,5 – 28,2
|
28,2
|
7
|
16
|
14,6
|
14,6 – 16,1
|
16,2 – 24,0
|
24,1 – 28,9
|
28,9
|
8
|
17
|
14,7
|
14,7 – 16,3
|
16,4 – 24,7
|
24,5 – 29,3
|
29,3
|
9
|
18
|
14,7
|
14,7 – 16,3
|
16,4 – 24,7
|
24,8 – 29,5
|
29,5
|
10
|
19
|
14,7
|
14,7 – 16,4
|
16,5 – 24,9
|
25,0 – 29,7
|
29,7
|
TABEL IMT
REMAJA LAKI-LAKI USIA 10 – 19 TAHUN
|
||||||
No
|
Usia
(tahun)
|
Sangat kurus
(kurang dari)
|
Kurus
|
Normal
|
Gemuk
|
Sangat gemuk
(lebih dari)
|
1
|
10
|
12,8
|
12,8 – 13,7
|
13,8 – 18,4
|
18 ,5– 21,4
|
21,4
|
2
|
11
|
13,1
|
13,1 – 14,1
|
14,2 – 19,1
|
19,2 – 22,4
|
22,4
|
3
|
12
|
13,4
|
13,4 – 14,4
|
14,5 – 19,9
|
20,0 – 23,6
|
23,6
|
4
|
13
|
13,8
|
13,8 – 14,9
|
15,0 – 20,8
|
20,9 – 24,8
|
24,8
|
5
|
14
|
14,3
|
14,3 – 15,5
|
15,6 – 21,8
|
21,9 – 25,9
|
25,9
|
6
|
15
|
14,7
|
14,7 – 16,0
|
16,1 – 22,7
|
22,8 – 27,0
|
27,0
|
7
|
16
|
15,1
|
15,1 – 16,5
|
16,6 – 23,5
|
23,6 – 27,9
|
27,9
|
8
|
17
|
15,4
|
15,4 – 16,9
|
17,0 – 24,3
|
24,4 – 28,6
|
28,6
|
9
|
18
|
15,7
|
15,7 – 17,3
|
17,4 – 24,9
|
25,0 – 29,2
|
29,2
|
10
|
19
|
15,9
|
15,9 – 17,5
|
17,6 – 25,4
|
25,5 – 29,7
|
29,7
|
Bahan
Referensi :
World bank. Respotioning Nutrition as Cantral to
Development : A Strategy for Large-Scale Action. Washington DC : World
Bank, 2006
Hardiansyah, Tambunan V. Angka
kecukupan energi, protein, lemak dan serat makanan. Dalam : Soekirman, Seta AK,
Pribadi N, Martianto D., Ariani M., Prosiding
Angka Kecukupan Gizi, Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII;17-19 Mei
2004; Jakarta;2004
0 comments:
Post a Comment