Thursday 24 May 2012




Mikronutrien adalah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia selama hidupnya dalam jumlah kecil untuk melaksanakan fungsi-fungsi fisiologis, tetapi tidak dapat dihasilkan sendiri oleh tubuh. Mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral yang tidak dapat dibuat oleh tubuh tetapi dapat diperoleh dari makanan. Walaupun dibutuhkan dalam jumlah kecil, tetapi berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan anemia jumlah hemoglobin darah kurang dari 7,7 mmol/l (13 g/dl) pada pria dan 7,4 mmol/l (12 g/dl) pada wanita. Studi diagnosis besi untuk anemia zat besi pada wanita terdiri dari hemoglobin rendah (7,4 mmol/l), besi serum rendah (< 7,1 mg/l), serum ferritin rendah (< 30 ng/l), saturasi transferin rendah (< 15%) dan total kapasitas pengikatan besi (> 13,1 µmol/l). Anemia merupakan pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume darah pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah.  Anemia yang disebabkan oleh faktor luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Salah satu zat gizi mikro yang berperan adalah zat Besi (Fe). Anemia kekurangan zat besi adalah penyebab paling umum anemia di dunia. Sekitar 5% dan 2 % dari wanita dan laki-laki Amerika masing-masing memiliki kekurangan zat besi (Clark, 2009 ; Locker et al. 1997).
Besi adalah salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam berbagai metabolisme sel tubuh. Dalam tubuh orang dewasa terdiri 3 – 4 g besi. Pada kebutuhan diet masyarakat Barat  sekitar 7 mg besi per 100 kkal, namun hanya 1 – 2 g yang bisa diserap setiap hari. Kebutuhan zat besi pada manusia terbagi atas Besi heme dan Besi non-heme. Heme berasal dari daging dan diserap dengan baik dalam tubuh. Enzim pada pankreas mencerna heme sehingga bebas dari molekul globin dalam lumen usus. Besi kemudian diserap ke dalam enterosit sebagai metalloporphyrin dan terhidrasi oleh enzim heme-1-oxygenase untuk melepaskan besi non-heme. Selanjutnya besi diangkut oleh ferroportin melalui basolateral dari enterosit. Besi non-heme yang terdapat dalam sereal, kacang-kacangan, dan beberapa sayuran kurang baik diserap dalam tubuh. Dimana zat besi non-heme terbagi atas ferri (Fe2+) dan ferro (Fe3+). Adanya asam lambung dan makanan tertentu akan dapat meningkatkan bioavailabilitas besi non-heme dalam tubuh. Seperti halnya vitamin C dapat mencegah terjadinya presipitasi besi dalam usus duodenum (usus duabelas jari) dan makanan yang mengandung tanin diketahui akan mengurangi penyerapan zat besi non-heme (Zhang dan Enns, 2009; Schmaier and Petruzzelli, 2003; Conrad dan Umbreit, 1993).
Setelah masuk ke dalam sel, besi ferro akan disimpan sebagai ferritin atau transfer sel dari enterosit ferroportin berada. Ferroportin dihasilkan dalam mukosa usus kecil, makrofag, hepatosit dan plasma sincytiotropoblas. Ferroportin bersama dengan ceruloplasmin dan hephaestin membantu terjadinya reoksidasi besi ferro menjadi besi ferri. Transferin memiliki afinitas yang tinggi untuk mengikat besi sehingga tidak ada ion besi yang bebas dalam plasma. Transferin akan mengikat besi melalui jalur reseptor apotransferin. Setelah dalam plasma besi diangkut oleh tranferin ke sumsum tulang untuk sistesis hemoglobin  dan penggabungan ke dalam eritrosit. Eritrosit normal akan beredar selama 120 hari sebelum mengalami degradasi. Sel-sel darah marah akan diserap oleh makrofag dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam limpa dan hati dimana akan mengalami degradasi secara katabolik oleh enzin sitosol-1-hemeoxygenase untuk melepaskan ikatan besi. Sekitar 70 % dari total besi dalam senyawa heme (misalnya hemoglobin dan mioglobin), 29 % disimpan sebagai ferritin dan hemosiderin,  < 1 % dimasukan ke dalam heme yang mengandung enzim (misalnya sitokrom, katalase, peroksidase), dan < 0,2 % ditemukan bersedar di plasma terikat dengan transferin (Zhang dan Enns, 2009; Schmaier and Petruzzelli, 2003).
Sistem metabolisme tersebut akan senantiasa dikontrol oleh hepcidin, hormon yang disitesis dalam hati, disekresi ke dalam darah, dan secara sistematik mengontol laju penyerapan dan mobilisasi zat besi dalam tubuh. Seperrti terlihat pada gambar di bawah ini:

Hepcidin mengikat dan mengaktifkan fungsi ferroportin. Dimana enzim janus-2-kinase diaktifkan pada pengikatan hepcidin untuk mengaktifkan fungsi ferroportin. Sistesis hepcidin akan diregulasi oleh sitokin, sehingga terlepas total tingkat zat besi dalam tubuh. Hubungan ini kemungkinan besar menjadi jumlah perkembangan penyakit anemia kronis.
Di negara berkembang, rendahnya bioavailabilitas besi dari diet makanan menjadi penyebab utama anemia kekurangan zat besi (berger dan Dillon, 2002; Yip dan Ramakrishnan, 2002). Namun dalam perkembangan suatu negara, penurunan penyerapan zat besi dan kehilangan darah kronis lebih mungkin menjadikan penyebab kekurangan zat besi. Penurunan penyerapan zat besi secara etiologi bisa disebabkan dari sindrom malabsorpsi terutama pada penyakit celiac, yakni penyakit yang tidak dapat mencerna makanan yang mengandung protein (Bermejo dan Garcia-Lopez, 2009). Pascaoperasi gastrektomi dan reseksi usus juga dapat menimbulkan anemia defisiensi besi sekunder terhadap penurunan penyerapan zat besi. Etiologi paling umum dari anemia kekurangan zat besi pada premenopause perempuan adalah menstruasi yang berlebihan. Pendarahan gastrointestinal juga penyebab umum dari amenia defisiensi besi, apakah pendarahan adalah akut atau kronik.
Anemia defisiensi besi juga sangat berhubungan dengan defisiensi mikronutrien lain seperti vitamin A, riboflavin, asam folat dan vitamin B12. Infeksi parasit pada usus dapat menyebabkan malabsorbsi zat gizi seperti vitamin A, asam folat dan vitamin B12. Suplementasi vitamin A pada individu yang defisiensi vitamin A akan meningkatkan kadar Hb kira-kira 10 gr/l. Pada beberapa hasil penelitian penambahan vitamin A akan meningkatkan respon Hb pada suplementasi Fe. Suplementasi per minggu dengan 23.000 IU vitamin A sebagai retinol atau beta karoten akan menurunkan prevalensi anemia sampai 45 % pada wanita. Asupan riboflavin dan penyerapan. Defisiensi riboflavin membuat defisiensi besi tambah buruk dengan meningkatnya kehilangan besi, menurunnya absorbsi besi, perusakan besi interseluler, dan meningkatnya proliferasi crypt cell.
Defisiensi asam folat terutama menyebabkan gangguan metabolisme DNA, akibatnya terjadi perubahan morfologi inti sel terutama sel-sel yang sangat cepat membelah seperti sel darah merah, sel darah putih serta sel epitel lambung dan usus, vagina dan serviks. Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio plasenta dan neural tube defect. Defisiensi vitamin B12 hampir sama dengan asam folat yaitu menyebabkan anemia makrositik. Manifestasi defisiensi vitamin B12 terjadi pada tahap awal dengan konsentrasi serum yang rendah kemudian ada indikasi transcobalamin II yang rendah, pada tahap berikutnya konsentrasi vitamin dalam sel yang rendah dan selanjutnya defisiensi secara biokimia dengan terjadinya penurunan sintesis DNA (Groff, et al, 2005). Anemia pernisiosa yang disertai rasa letih yang parah merupakan akibat dari defisiensi vitamin B12. Vitamin B12 ini sangat penting dalam pembentukan RBC (Red Blood Cell). Di negara berkembang prevalensi defisiensi vitamin B12 ditemukan pada semua umur. Hal ini disebabkan intake makana yang rendah.


Referensi :
1.    Johnson D.T. et al. 2011.Diagnosis and Management of Iron Deficiency Anemia in The 21st Century. Baylor Collage of edicine, Houston, Texas, USA.

2.    Laillou A. et al. 2012.Micronutrient Are Still Public Health Issues among Woman and young Children in Vietnam. Glocal Alliance for Improved Nutrition (GAIN), Geneva, Switzerland.





Posted by Yunus On 21:29 No comments READ FULL POST

Thursday 3 May 2012


Usia pertama kehamilan seorang ibu penting sekali diberikan motivasi, informasi dan pengetahuan awal tentang cara mempersiapkan dan mengkonsumsi makanan yang aman dan sehat serta bergizi seimbang. Keluhan mual dan muntah (morning sickness) yang terjadi pada trimester pertama kehamilan pada dasarnya akan hilang dengan sendirinya seiring memasuki trimester kedua dan ketiga.  Meski dinilai normal dan wajar, rasa mual saat hamil dapat menghambat aktivitas, bahkan dapat membuat ibu dan janin kekurangan gizi.  Untuk meringankan rasa mual disarankan untuk jangan selalu terburu-buru, bergerak perlahan-lahan saat melakukan aktifitas duduk dan berdiri, serta hindari hal-hal yang dapat memicu muntah seperti bau makanan dan farmun yang tidak disenangi.
Kecukupan gizi yang terjadi pada ibu hamil trimester I dapat mengakibatkan janin mengalami kelainan susunan saraf pusat, beresiko mengalami kematian, dan bayi beresiko lahir prematur. Kebutuhan ibu hamil meningkat dibandingkan dengan sebelum hamil. Bila sebelum hamil kebutuhan energi dan protein perempuan usia 19 – 29 tahun sebesar 1.900 kkal dan 50 g per hari, pada waktu hamil kebutuhannya meningkat menjadi 2.080 kkal dan 67 g  per hari pada trimester I serta 2.200 kkal dan 67 g per hari pada trimester II dan III. Adapun kebutuhan lemak ibu selama hamil disesuaikan dengan kebutuhan energi, yaitu seperlima dari total kebutuhan energi.
Zat-zat gizi lain yang berperan penting selama kehamilan adalah vitamin A, folat, kalsium, zat besi, dan zat seng. Vitamin A berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan sel-sel dan jaringan seluruh tubuh ibu dan janin. Folat menurunkan resiko kerusakan saraf janin. Kalsium dibantu oleh vitamin D dibutuhkan untuk mempertahankan massa tulang ibu dan perkembangan tulang janin. Adapun zat besi untuk menghasilkan Hb, sedangkan zat seng untuk pertumbuhan sel dan perkembangan otak janin. Kebutuhan vitamin A, folat, kalsium, zat besi dan zat seng pada ibu hamil masing-masing 800 RE, 500 mcg, 950 mg, 35 – 39 mg, dan 11 – 19,5 mg per hari.
Ibu hamil yang kekurangan gizi beresiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Oleh karena itu, ibu hamil harus memahami dan mempraktikkan pola hidup sehat dengan gizi seimbang sebagai salah satu upaya untuk menjaga keadaan gizi ibu dan janinnya.  Beberapa tip yang perlu diketahui ibu selama kehamilan:
a.       Senantiasa makan makanan yang beraneka ragam agar dapat memenuhi zat gizi yang dibutuhkan tubuh ibu dan janin.
b.      Biasakan makan sayur dan buahan setiap hari
c.       Kurangi makanan yang berlemak, manis dan asin.
d.      Minum lebih banyak air ( 3 liter sehari).
e.       Terus pertahankan berat badan ideal selama kehamilan.
f.       Apabila ibu hamil merasa mual dan muntah, makanlah dengan porsi kecil tetapi sering, jangan menunggu sampai lapar dan selalu pastikan setiap suapan yang masuk ke mulut bergizi baik.

Daftar Pustaka :

1. Gibson, R. S. (2005). Principles of Nutritional Assesment. 2th ed. Oxford University Press. New Zealand.
2.  Kurniasih, dkk. (2010). Sehat dan Bugar berkat Gizi Seimbang. Yayasan Institut Danone Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta.
3. Soekirman S. W., djoko S., Soenardi T. Muhilal (2006). Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia. PT. Primamedia Pustaka. Jakarta.


Posted by Yunus On 05:58 No comments READ FULL POST
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

    Blogger news

    Blogroll

    About